TIBA-TIBA saja Satrio (12 bulan) timbul bintik-bintik merah di sekujur tubuhnya. “Dilihat gejalanya jangan-jangan kena DB nih,” duga Ajeng sang Mama. Namun setelah diperiksa dokter menyatakan Satrio menderita ITP. Sebenarnya, penyakit apakah yang ‘menyerang’nya?
Gangguan Perdarahan
ITP adalah singkatan dari Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Idiopathic berarti tidak diketahui penyebabnya. Thrombocytopenic berarti darah yang tidak cukup memiliki sel darah merah (trombosit). Purpura berarti seseorang memiliki luka memar yang banyak (berlebihan).
Menurut dr Novita Dewi, SpA, MHSA, idealnya, jumlah trombosit dalam sirkulasi darah berkisar antara 150.000 - 450.000/mm³. Masa hidup trombosit rata-rata 7-10 hari. Diperkirakan 1/3 dari jumlah trombosit dihancurkan dalam limpa agar jumlah trombosit tetap normal.
Namun, pada ITP, jumlah trombosit kurang dari 150.000 mm³, usia trombosit hanya 2-3 hari atau beberapa menit saja. Hal ini terjadi akibat meningkatnya perusakan trombosit dalam limpa karena adanya antibodi yang menyelubungi trombosit.
ITP ≠ DB
Salah satu gejala yang hampir sama dengan DB adalah muncul bintik-bintik merah pada kulit (petechiae). “Memang keduanya secara laboratoris sama-sama menunjukkan penurunan jumlah trombosit, namun pada ITP saat demam menurun jumlah trombosit masih tetap rendah. Sedangkan pada demam berdarah, saat demam menurun (biasanya pada hari ke 7) jumlah trombosit secara bertahap meningkat,” terang DSA yang berpraktik di RS Royal Progress, Sunter ini.
Yang musti diperhatikan pada ITP adalah timbulnya petechiae dan jumlah trombosit menurun tidak disertai oleh gejala yang lain. Pada DB selain memerhatikan penurunan jumlah trombosit kita juga perlu memerhatikan hemokonsentrasi dan kemungkinan terjadinya syok.
Tanda-tanda ITP
- Suhu badan normal.
- Tidak terdapat pembesaran limpa dan hati.
- Muncul perdarahan dalam kulit, seperti mimisan, luka memar hingga berwarna kebiruan, dan perdarahan pada mukosa mulut.
Dugaan penyebab
Meski tidak diketahui secara pasti penyebab terjadinya, ada dugaan penyebab terjadinya ITP, seperti:
1. Infeksi virus.
2. Obat-obatan tertentu yang memengaruhi produksi trombosit, antara lain:
- Obat yang dapat menurunkan produksi trombosit, yakni Chloramphenicol.
- Obat yang meningkatkan kerusakan trombosit, ialah Quinidine, Quinine, Valproic acid, dan Digoxin.
- Obat yang mengubah fungsi trombosit, yaitu Aspirin.
3. Memiliki riwayat keturunan kelainan darah.
Akut dan Kronis
ITP diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu ITP Akut dan Kronis. Diperkirakan ITP akut terjadi pada 3-8 anak per 100.000 anak /tahun. Dan biasanya ‘menyerang’ anak usia 2-10 tahun dengan perbandingan yang sama antara anak laki-laki dan perempuan.
Lain hal dengan ITP kronis, umumnya dialami orang dewasa, utamanya perempuan dibanding laki-laki. Pasien dengan ITP kronis kemungkinan menunjukkan gangguan autoimun dengan sepertiga manifestasi penyakit kolagen-vaskuler.
Pulih sendiri, tapi patut diwaspadai
Penderita ITP 80 persen akan sembuh sendiri, namun yang perlu diwaspadai adalah adanya perdarahan spontan yang mungkin timbul bila jumlah trombosit kurang dari 20.000 ul, termasuk perdarahan di otak (Intracranial Haemorragic(ICH)) yang dijumpai pada 0,9 persen penderita ITP.
Penanganan ITP
Penanganan ITP berdasarkan pada jumlah trombosit, manifestasi klinis yang dialami oleh penderita serta responsibilitas penderita terhadap setiap jenis terapi. Yaitu berupa:
1. Corticosteroids. Diberikan secara oral, biasanya diberikan selama 1-3 minggu dengan dosis yang diturunkan secara bertahap. Selain oral, pemberian corticosteroid bisa juga secara intravenous dalam waktu yang lebih singkat.
2. Intravena Imunoglobulin (IVIG). Bila tidak ada respon terhadap corticosteroid, maka dilakukan permberian IVIG, yang lebih cepat menaikkan jumlah trombosit.
3. ANTI-Rh (D). Lebih efektif meningkatkan jumlah trombosit. Namun, ini berlaku bagi pasien yang memiliki Rh-Positif. Dan pemberian Anti-Rh (D) ini biasanya dilakukan selama 2 hari.
Sumber : okezone.com
Gangguan Perdarahan
ITP adalah singkatan dari Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Idiopathic berarti tidak diketahui penyebabnya. Thrombocytopenic berarti darah yang tidak cukup memiliki sel darah merah (trombosit). Purpura berarti seseorang memiliki luka memar yang banyak (berlebihan).
Menurut dr Novita Dewi, SpA, MHSA, idealnya, jumlah trombosit dalam sirkulasi darah berkisar antara 150.000 - 450.000/mm³. Masa hidup trombosit rata-rata 7-10 hari. Diperkirakan 1/3 dari jumlah trombosit dihancurkan dalam limpa agar jumlah trombosit tetap normal.
Namun, pada ITP, jumlah trombosit kurang dari 150.000 mm³, usia trombosit hanya 2-3 hari atau beberapa menit saja. Hal ini terjadi akibat meningkatnya perusakan trombosit dalam limpa karena adanya antibodi yang menyelubungi trombosit.
ITP ≠ DB
Salah satu gejala yang hampir sama dengan DB adalah muncul bintik-bintik merah pada kulit (petechiae). “Memang keduanya secara laboratoris sama-sama menunjukkan penurunan jumlah trombosit, namun pada ITP saat demam menurun jumlah trombosit masih tetap rendah. Sedangkan pada demam berdarah, saat demam menurun (biasanya pada hari ke 7) jumlah trombosit secara bertahap meningkat,” terang DSA yang berpraktik di RS Royal Progress, Sunter ini.
Yang musti diperhatikan pada ITP adalah timbulnya petechiae dan jumlah trombosit menurun tidak disertai oleh gejala yang lain. Pada DB selain memerhatikan penurunan jumlah trombosit kita juga perlu memerhatikan hemokonsentrasi dan kemungkinan terjadinya syok.
Tanda-tanda ITP
- Suhu badan normal.
- Tidak terdapat pembesaran limpa dan hati.
- Muncul perdarahan dalam kulit, seperti mimisan, luka memar hingga berwarna kebiruan, dan perdarahan pada mukosa mulut.
Dugaan penyebab
Meski tidak diketahui secara pasti penyebab terjadinya, ada dugaan penyebab terjadinya ITP, seperti:
1. Infeksi virus.
2. Obat-obatan tertentu yang memengaruhi produksi trombosit, antara lain:
- Obat yang dapat menurunkan produksi trombosit, yakni Chloramphenicol.
- Obat yang meningkatkan kerusakan trombosit, ialah Quinidine, Quinine, Valproic acid, dan Digoxin.
- Obat yang mengubah fungsi trombosit, yaitu Aspirin.
3. Memiliki riwayat keturunan kelainan darah.
Akut dan Kronis
ITP diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu ITP Akut dan Kronis. Diperkirakan ITP akut terjadi pada 3-8 anak per 100.000 anak /tahun. Dan biasanya ‘menyerang’ anak usia 2-10 tahun dengan perbandingan yang sama antara anak laki-laki dan perempuan.
Lain hal dengan ITP kronis, umumnya dialami orang dewasa, utamanya perempuan dibanding laki-laki. Pasien dengan ITP kronis kemungkinan menunjukkan gangguan autoimun dengan sepertiga manifestasi penyakit kolagen-vaskuler.
Pulih sendiri, tapi patut diwaspadai
Penderita ITP 80 persen akan sembuh sendiri, namun yang perlu diwaspadai adalah adanya perdarahan spontan yang mungkin timbul bila jumlah trombosit kurang dari 20.000 ul, termasuk perdarahan di otak (Intracranial Haemorragic(ICH)) yang dijumpai pada 0,9 persen penderita ITP.
Penanganan ITP
Penanganan ITP berdasarkan pada jumlah trombosit, manifestasi klinis yang dialami oleh penderita serta responsibilitas penderita terhadap setiap jenis terapi. Yaitu berupa:
1. Corticosteroids. Diberikan secara oral, biasanya diberikan selama 1-3 minggu dengan dosis yang diturunkan secara bertahap. Selain oral, pemberian corticosteroid bisa juga secara intravenous dalam waktu yang lebih singkat.
2. Intravena Imunoglobulin (IVIG). Bila tidak ada respon terhadap corticosteroid, maka dilakukan permberian IVIG, yang lebih cepat menaikkan jumlah trombosit.
3. ANTI-Rh (D). Lebih efektif meningkatkan jumlah trombosit. Namun, ini berlaku bagi pasien yang memiliki Rh-Positif. Dan pemberian Anti-Rh (D) ini biasanya dilakukan selama 2 hari.
Sumber : okezone.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar