Selasa, 09 Maret 2010

Perilaku Masyarakat Dalam Fasilitas Kesehatan

Salah satu wujud kepedulian Pemerintah Indonesia terhadap kesehatan masyarakat adalah dibangunnya sejumlah Puskesmas dan Posyandu. Pembangunan Puskesmas dimaksudkan sebagai salah satu lembaga pelayanan kesehatan yang terdepan. Artinya, sebagai lembaga yang diharapkan menjadi ujung tombak kesehatan masyarakat akan dapat meningkatkan peranannya untuk melayani masyarakat terbawah di berbagai daerah di Indonesia, termasuk juga masyarakat petani di wilayah Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang. Sementara itu, terdapat berbagai pilihan fasilitas kesehatan yang dimanfaatkan masyarakat untuk mencari kesembuhan ketika mengalami sakit. Fasilitas dimaksud adalah pengobatan keluarga yang dilakukan sendiri misalnya minum jamu, fasilitas pengobatan Non Medis misalnya dengan pertolongan dukun atau alternatif lain serta fasilitas pertolongan Medis misalnya dengan pertolongan dokter atau bidan berdasarkan ilmu kedokteran. Konsep sakit dan penyakit dibentuk atas dasar nilai budaya setempat dengan demikian, akan terjadi berbagai variasi perilaku pemanfaatan fasilitas kesehatan yang dipengaruhi oleh struktur sosial setempat.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis perilaku pemanfaatan fasilitas kesehatan yang dilakukan keluarga petani dengan perspektif Pertukaran Sosial dan Health Belief Model. Menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga dalam hal : kondisi ekonomi, pendidikan kepala keluarga, sikap terhadap pemeliharaan kesehatan, kekhawatiran terhadap penyakit dan dukungan lingkungan sosial dengan perilaku pemanfaatan fasilitas kesehatan.

Juga menganalisis hubungan antara karakteristik individu penderita dalam hal: umur, jenis kelamin, jenis penyakit dan daya tahan tubuh dengan perilaku pemanfaatan fasilitas kesehatan

Landasan teori untuk memahami perilaku masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan melalui kajian Pertukaran Sosial (Exchange Theory), Health Belief Model (HBM), Socio Behavioural Models Kroeger. Dalam Health Belief Model dinyatakan terdapat komponen yang mempengaruhi seseorang mengambil tindakan yaitu adanya ancaman, manfaat hasil, kepekaan yang dirasakan dan penghalang serta kepercayaan untuk melaksanakan tindakan.

Socio Behavioural Models Andersen telah dielaborasi oleh Kroeger, menyatakan ada 3 variabel yang berhubungan dengan penggunaan fasilitas penyembuhan seperti karakteristik individu, persepsi terhadap penyakit serta karakteristik dari pelayanan kesehatan itu sendiri. Sementara fasilitas kesehatan yang dapat dimanfaatkan berupa pengobatan sendiri (S), pertolongan medis (M) dan pertolongan Non medis (N). Pada model Kroeger terlihat bahwa reinforcing factor atau faktor penguat dari model Green tidak secara eksplisit ditampakkan tetapi Kroeger menonjolkan variabel dari karakteristik dan persepsi terhadap penyakit dimana model ini mirip dari model HBM.

Memahami fenomena sosial dalam memetakan masalah perilaku pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam hal pengobatan medis maupun non medis harus melihat fungsinya terhadap keseluruhan sistem. Ada tiga alasan dasar dalam struktur sosial masyarakat. Pertama posisi tertentu lebih menyenangkan untuk diduduki daripada posisi yang lainnya. Kedua, posisi tertentu lebih penting untuk menjaga kelangsungan hidup masyarakat daripada posisi lainnya. Ketiga, posisi sosial yang berbeda memerlukan bakat dan kemampuan yang berbeda pula.

Penerapan kajian Pertukaran sosial dan Pilihan Rasional adalah bahwa masyarakat akan menimbang untung-rugi, nilai kepuasan yang diperoleh, ikatan emosional apa yang dipertukarkan. Dalam kontek ini dianalogikan hubungan antara pasien dengan si pengobat (medis dan non medis). Apalagi dalam masyarakat pedesaan yang masih sederhana, adanya ikatan emosional sesama mereka seringkali mendasari proses pertukaran ini. Dalam konteks ini, teori pertukaran untuk mengkaji perbedaan masyarakat dalam penggunaan layanan kesehatan.

Hipotesis penelitian ini adalah: Ada hubungan antara variabel dilihat dari karakteristik keluarga (kondisi ekonomi, pendidikan kepala keluarga, sikap terhadap pemeliharaan kesehatan, kekhawatiran keluarga terhadap penyakit, dukungan lingkungan sosial), dan ada hubungan antara variabel dilihat dari karakteristik individu penderita (umur, jenis kelamin , jenis penyakit, kondisi daya tahan tubuh ) dengan perilaku pemanfaatan fasilitas kesehatan.

Rancangan penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode survei. Populasinya adalah seluruh rumah tangga di wilayah Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang yang memiliki anggota keluarga pernah mengalami sakit. Pengambilan responden dilakukan dengan teknik simple random sampling pada masyarakat di desa Kidal dan desa Bogor . Selanjutnya, data dari 250 responden yang didapatkan dari penghitungan dianalisis secara diskriptif dan uji korelasi Chi Kuadrat pada tingkat nyata sebesar 10%.

Analisis penghitungan Chi Kuadrat menunjukkan bahwa ada hubungan nyata dari karakteristik keluarga (kondisi ekonomi, sikap terhadap pemeliharaan kesehatan, kekhawatiran terhadap penyakit, dukungan lingkungan sosial ) dan dari karakteristik individu (umur penderita) dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan. Tetapi, tidak ada hubungan nyata dari karakteristik keluarga (pendidikan kepala keluarga) dan karakteristik individu penderita ( jenis kelamin, jenis penyakit, kondisi daya tahan tubuh).

Kesimpulan penelitian ini adalah, perilaku masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan ditunjukkan dengan adanya variasi perilaku. Tidak ada pemanfaatan fasilitas kesehatan Sendiri saja, Medis saja atau Non Medis saja dalam upaya penyembuhan penderita. Perilaku masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan ditunjukkan dengan perilaku berganti atau meneruskan menggunakan lebih dari satu fasilitas. Fasilitas kesehatan yang dimanfaatkan pertama kali pada umumnya dilakukan secara Sendiri lebih dahulu.

Ada total 85.6% masyarakat berperilaku memanfaatkan fasilitas kesehatan berakhir sembuh dengan perilaku Non Medis. Ada 14.6% masyarakat berperilaku memanfaatkan fasilitas kesehatan berakhir sembuh dengan perilaku Medis.

Dimanfaatkannya fasilitas kesehatan dengan berbagai perilaku menunjukkan bahwa pranata sosial kesehatan tersebut masih memberikan fungsi dalam memenuhi kebutuhan sistem sosial dalam hal penyembuhan penyakit. Dimanfaatkannya fasilitas kesehatan dengan perilaku lebih dari satu menunjukkan terjadinya interaksi peran (konsep Pertukaran Sosial) untuk mencapai tujuan mendapatkan kesembuhan bagi penderita dengan berbagai macam sarana yang dipilih.

Ada hubungan yang nyata antara kondisi ekonomi keluarga, sikap keluarga terhadap pemeliharaan kesehatan, kekhawatiran terhadap penyakit, dukungan lingkungan sosial, dan umur penderita dengan perilaku pemanfaatan fasilitas kesehatan. Tetapi, tidak ada hubungan nyata antara pendidikan kepala keluarga, jenis kelamin penderita , jenis penyakit penderita dan kondisi daya tahan tubuh penderita dengan perilaku pemanfaatan fasilitas kesehatan.

Dalam hal penentuan perilaku pemanfaatan fasilitas kesehatan, sebagian dari aspek keluarga cenderung mendominasi jika dibandingkan dengan aspek karakteristik individu penderita. Hal ini menunjukkan peran keluarga terutama dalam “kondisi beresiko” memberikan perlindungan dan upaya penyembuhan bagi anggota keluarganya.

Rekomendasi yang disampaikan adalah dilakukan penelitian untuk dapat memahami makna internal yang terjadi mengapa masyarakat merasa sembuh dengan memanfaatkan pola pengobatan Non Medis .sementara fasilitas kesehatan Medis telah diupayakan keberadaannya. Perlunya melakukan intervensi pendidikan kesehatan. yang rasional terkait dengan upaya pemeliharaan kesehatan dan penyembuhan penyakit terutama dengan memanfaatkan tanaman dari hasil pertanian (rempah-rempah). Diperlukan komitmen Pemerintah untuk mengembangkan teknologi obat berbasis hasil pertanian, perlu adanya ikatan para provider di bidang pengobatan Non Medis untuk mengimbangi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) atau Ikatan Bidan Indonesia (IBI), perlunya evaluasi dan revisi dari regulasi kebijakan terkait dengan pelayanan kesehatan.

Tidak ada komentar: