Selasa, 09 Maret 2010

Memblejeti Kaum Revolusioner Palsu

Pada tahun 1902 terbit sebuah buku panduan politik gerakan revolusioner yang berjudul Apa yang Harus Dikerjakan?. Buku ini memberikan peranan penting dalam pendidikan politik gerakan mahasiswa. Karya ini menyediakan pemikiran progresif bagi mahasiswa dengan doktrin fundamental searah dengan Partai proletar gaya baru. Tulisan ini membuktikan bahwa pertanyaan tentang partai adalah kunci dari semua pertanyaan dari gerakan kelas pekerja.

Apa yang harus dikerjakan juga "mendorong" kaum pekerja untuk membantu dan memberi dukungan pada mahasiswa yang mulai menyatakan sikapnya bagi perjuangan politik. Pada saat yang bersamaan ia "menyerang pemahaman yang tidak sepatutnya' yang diungkapkan oleh gerakan 'mahasiswa yang murni', yang menganjurkan agar mahasiswa tidak terlibat dalam demonstrasi-demonstrasi turun ke jalan.[8]

Buku tersebut menjadi bacaan pokok dilingkungan mahasiswa yang berpikiran progresif. Tulisan tersebut memainkan peranan penting dalam membangun cara pandang revolusioner dan mengajak kaum muda untuk terlibat dalam aktivitas politik. Buku itu juga menunjukkan perkembangan pesat dari para aktivis revolusioner dibawah pengaruh dari Sosial Demokrat. Itulah sebabnya dalam menggabungkannya dengan perjuangan demokratik kelas proletariat, PBSDR selalu mengarahkan mahasiswa progresif sebagai pendukung potensial dari kelas pekerja.

Pada tanggal 2 Aprill 1902, Sipyagin, Menteri Dalam Negeri yang melakukan tindakan-tindakan keji atas mahasiswa, dibunuh di Marinski Palace di St. Petersburg, tempat Kabinet dari Kekuasaan Rusia. Dia ditembak mati oleh Sergei Balmashev, seorang mahasiswa berusia 20 tahun. Dia melakukan tindakan eksekusi atas perintah Organisasi Perlawanan dari Partai Sosialis Revolusioner (SR). [9]

Setahun sebelumnya, Pyotr Karpovich, seorang pelopor gerakan mahasiswa di Universitas Moskow, menyerang Bogolepov, Menteri Pendidikan Umum dan pencipta undang-undang pendidikan yang mengebiri mahasiswa. Ketika Pyotr ditangkap dia menyatakan dirinya sebagai seorang sosialis revolusioner. Tindakannya menarik perhatian para aktivis mahasiswa dan memperoleh legitimasi sebagai "pahlawan". SR menjadi masuk hitungan, ketika mereka mulai merekrut anggota pada tahun 1902. Gagal untuk mendapatkan dukungan dari kelas pekerja, mereka memusatkan upayanya terhadap para mahasiswa yang masih hijau yang sangat terkesan dengan imbauan-imbauan revolusioner untuk berani mengorbankan diri.

Kepada para mahasiswa SR mengatakan,"kita harus menggunakan senjata kita ! Kita harus meletuskan senapan disegala lini, karena masyarakat sudah teracuni oleh stagnasi ! Kita membutuhkan para pahlawan, para nabi kebebasan, darah dan balas dendam." Aksi-aksi terorisme mulai saling bersahutan. Mereka mulai mengguncang emperor, para anggota keluarganya, para menteri, jenderal dan para pejabat tinggi. "Para nabi" yang haus darah tersebut dengan canggihnya telah dimainkan oleh para mahasiswa. Banyak diantara mereka merasa dirinya sebagai pahlawan sungguhan.

Tetapi terorisme sebagai sebuah metode perjuangan revolusioner telah mengurangi pengaruh mahasiswa untuk bersatu dengan kelas pekerja.

"Para pahlawan" yang sendirian selalu mengambil bagian dalam peristiwa berdarah yang sensasional, dan biasanya selalu menarik perhatian khalayak. Banyak kaum muda yang bermimpi untuk melakukan sesuatu yang "heroik". Siapa yang sanggup menghancurkan gambaran dari "para nabi palsu" tersebut? Siapa yang berani menghilangkan prasangka bahwa partai-lah yang menolong mereka? Jalan bagi mahasiswa demokratis di Rusia sangat tergantung pada pertanyaan ini semua. Akankah mereka menjadi sekutu dari proletariat atau hanya ladang subur bagi avonturisme revolusioner ?

Pada awal abad ke 20 dua partai politik Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia dan partai borjuis kecil SRs menjadi pimpinan bagi gerakan mahasiswa di Rusia. Semangat kaum revolusioner borjuis kecil merupakan sebuah ancaman serius sebab SRs mempunyai pengaruh dikalangan mahasiswa.

Dalam pertempuran bagi dominasi politik, SR selalu menjelek-jelekan kebijaksanaan dan taktik Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia. Mereka menuduh Sosial Demokrat telah gagal merumuskan peranan kaum intelektual, khususnya mahasiswa, dalam revolusi. Pada saat yang bersamaan SRs menyatakan dirinya sedang mengembangkan analisa yang rinci tentang pertanyaan tersebut.

Pada tahun 1901, sebelum partai terbentuk, "Manifesto dari Partai Sosialis Revolusioner" menyatakan peranan yang dimainkan oleh intelektual dalam proses revolusioner. SRs sangat yakin bahwa "kaum intelektual diidentikan oleh sebuah lapisan budaya yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan proletariat industrial dan kaum intelektual mempunyai lapisan kesadaran politik yang lebih tinggi", itu menyebabkan kemudahan-kemudahan untuk mengasimilasi ide mereka. Sebagaimana yang ditekankan SRs, mereka berharap untuk merekrut dari intelgensia "yang paling sadar" dan unsur paling aktif bagi partai mereka.

Beberapa tahun kemudian dalam penerbitan SRs yang lain, yang berjudul Revolutsionnaya Rossiya (Revolusioner Rusia) dan Vestnik Russkoi Revollutssi (Buletin Revollusioner Rusia), para pimpinan partai mengulang kembali inti teori bagi kepeloporan intelektual muda Rusia yang akan memainkan peranan dalam revolusi Rusia.

Mereka yakin, jika sebuah partai revolusi tidak memandang realitas melalui kacamata "teori ekonomi", itu akan membangun intelgensia yang teroganisir baik, yang mempunyai hubungan erat dan terkadang bergabung dengan pikiran progresif yang diwakili oleh rakyat. Sebagaimana yang mereka lihat, "penyatuan" ini berarti bahwa "rakyat yang lugu" akan mengikuti kebangkitan intelgensia sosialis yang bekerja dan berjuang untuk rakyat. SR menyatakan pada seluruh intelgensia, dan para mahasiswa yang mengambil bagian dalam pembentukannya, sebagai massa yang homogen. Mereka berpegangan bahwa motif "ideal" dari perjuangan terhadap kekerasan, yang sering dipakai akan membangkitkan keberanian kaum intektual muda untuk menjalankan misi kepahlawanannya. Menurut kaum SR misi ini hanya akan berhasil hanya apabila semua mahasiswa telah bersatu secara ideologi.

Para teoritisi SR yakin bahwa mahasiswa akan mengarah pada sebuah perjuangan politik umum yang berbasiskan pada organisasi semua kaum intelektual muda demokratis yang menciptakan revolusi karena semua mahasiswa demokratis dapat menerimanya. Sejauh masih menarik perhatian SR, para pimpinannya secara jujur menyatakan bahwa mereka berharap dapat mempengaruhi kaum muda tanpa memperbaiki berbagai kenyataan partai yang "dicapkan" pada dirinya. Dalam penjelasan tentang semangat revolusioner non-partai dari SR, sosial-demokrat mengingatkan tentang pertanyaan pentingnya aktivitas politik para mahasiswa yang mengarah pada bentuk partai yang jelas. Perkembangan ini membuktikan bahwa SR telah gagal membuktikan keilmiahannya dan mengubah garis politik. Bila kita mengilustrasikan pandangan kaum sosial-demokrat, para pimpinan SRs tetap keras kepala menerapkan bahwa persatuan kaum muda yang berdasarkan sosialis, meskipun tidak jelas, sanggup memberikan penyelesaian dan mempertegas tujuan perjuangan melawan tsarisme bagi "perbaikan" massa rakyat.

(google)

Tidak ada komentar: